Laporkan Penyalahgunaan

Beranda

Halaman

Arsip

Langsung ke konten utama

Math 2: Mengenal Perkalian

Di antara kita mungkin ada yang ingat pekerjaan rumah (PR) yang sempat viral via media sosial ini.
Ya, itu PR Matematika untuk siswa kelas 2 yang sudah dikerjakan lalu diperiksa oleh gurunya. PR tersebut sempat viral dan mengundang tanggapan beragam gara-gara "sang kakak" (yang bertindak sebagai mentor) tidak terima dengan perlakuan guru terhadap pekerjaan adiknya.

Untuk memahami akar masalahnya, mari kita cermati rancangan soal berikut.
Baiklah, kita rumut dari kompetensi dasar (KD): melakukan perkalian bilangan.
Dari rumusan KD-nya, kita bisa pahami bahwa kecakapan yang dituntut untuk dikuasai adalah "melakukan perkalian", bukan melakukan penjumlahan.
Jadi, terhadap rancangan soal nomor 3 (1?) di atas, kita bisa memberikan catatan sebagai berikut,

  1. Yang perlu diuji adalah kemampuan siswa menyelesaikan operasi hitung 4 x 10 = ..., bukan 10 + 10 + 10 + 10 = ....
  2. Dengan demikian, indikator soalnya bukan "mengganti penjumlahan berulang menjadi perkalian", melainkan "menyelesaikan operasi hitung perkalian dengan teknik penjumlahan berulang" (bila penggunaan teknik ini memang perlu diuji).

Penjumlahan berulang sering dipakai sebagai teknik untuk mengenalkan konsep perkalian kepada siswa pada awal pembelajaran tentang perkalian. Asumsinya, siswa sudah mampu menghitung hasil penjumlahan banyak bilangan. Jika teknik ini akan dipakai, kemampuan menjumlahkan banyak bilangan itu menjadi kecakapan prasyarat.

Untuk mendekati konsep perkalian melalui penjumlahan berulang, biasanya dimulai dari dunia nyata, misal:

  • Pengantin sunat diarak berkeliling kampung dengan pawai lima becak. Berapa roda seluruh becak yang turut berpawai? (Pendekatan realistik untuk siswa yang akrab dengan becak.)
Di antara para siswa, mungkin ada yang menghitung roda seluruh becak tersebut dengan cara 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15. Teknik inilah yang kemudian dipakai oleh guru untuk mengenalkan konsep 5 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3.


Dengan demikian, ketercapaian kompetensi "melakukan perkalian bilangan" dapat diuji dengan soal 5 x 3 = ... + ... + ... + ... + ... tetapi tidak bisa diuji dengan soal 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = ... x ....

Soal-soal pada PR yang bikin heboh tersebut di atas berpangkal pada masalah yang sama: kekeliruan dalam mengurai kompetensi dasar.

Pelajaran yang dapat kita petik:
rumusan indikator hasil belajar (pencapaian kompetensi), yang kelak menjadi acuan bagi rumusan indikator soal, mesti merujuk kepada rumusan kompetensi dasar.
Dilahirkan dan dibesarkan di desa, dewasa di kota, berpikir global dan bertindak lokal ala desa.

Komentar